03 March 2011

Ketulusan Termanipulasi

Siang itu, cuaca mendung.  Hampir sedari pagi hujan rintik-rintik mengiringi perjalanan aktifitas sehari-hari.  Kegiatan berjalan seperti biasanya, tidak ada perbedaan yang mencolok, hanya sedikit ada perubahan pada diri ini, badan serasa mengantuk benar.  Sampai-sampai saat diskusi dengan mahasiswa kami serasa lelap dibuai mimpi.
"Pak James, bisa minta tolong mahasiswa ko tuk beli kopi kaleng !", pintaku kepada salah satu kawan saya.  "Sachet yang mana pak ?", tanyanya.  "Kopi kaleng Pak !!, mau merek nescafe, apa kek, pokoknya kopi kaleng !, karena tidak ada air, entar kalo Pak beli sachet, emang mau saya telan bubuknya ?", sergahku. "Ok pak !",. jawabnya.
Tak berapa lama datanglnya dia, serasa mata sudah mulai terang setelah seteguk demi seteguk meluncur di kerongkonganku.  Cewek  didepanku yang tadi agaknya gelap, tiba-tiba menjadi terang (xi xi xixiiiiiii.......... gile mode on).
"Pak nanti ke rumah ya !", ajak teman saya yang lain. "Mang ada apa ya ?", tanyanku.  "Ini ada orang tua dari Jakarta", jawabnya.  "Mai tua atau orang tua ?", tanyaku. "orang tua", jawabnya.  "Tapi jangan sekarang ya, nih masih ada janjian dengan orang Mandiri Syariah dan beberapa orang mahasiswa yang mau diskusi", jawabku. "Iya pak, tapi saya saja yang cek terus pada pak", pintanya "Ok deh, tapi abis maghrib ya ?", jawabku. "ya pak", jawabnya.
Setelah menunggu beberapa saat yang dari Mandiri Syariah tidak datang saya putuskan sms dia yang menyatakan kalau saya akan ke rumah sekarang.  Dia bilang, "jangan pak, saya masih di luar, nanti kalau sudah dirumah saya telepon", jawabnya. "Ok deh".
Setelah saya tunggu lama dan belum ada kabar, saya putuskan untuk pulang kerumah, karena cucian sudah menunggu sedari pagi.  Dalam perjalanan pulang, teman saya telpon " Pak ada di mana ?", tanyanya. "di perjalanan pulang, saya ke kos pak sekarang kah ?",  tanyanku. "Bisa pak".  Saya langsung meluncur ke kosnya.
Sampai di depan warung dekat kos, terlihat teman saya membawa map dan langsung membuka pintu mobil dan masuk.
Berceritalah dia.  "Begini pak, ini ada teman dari jawa (Sragen) yang mau ke Ende tetapi masih tertahan di travel karena kekurangan duit.  Dia ini pak calon istri dari teman saya yang di Ende, trus mestinya tadi pagi sudah sampai di Ende, karena sudah ada acara penyambutan.  Karena tiket tidak didapat, maka pesta yang di Ende jadi berantakan.  Saat ini dia ada di Travel, kita harus ke sana untuk menjemputnya pak, karena ini anak baru pertama ke Kupang.  Anaknya sudah tidak sabaran dari tadi", cerita dia di dalam mobil sampai di Travel Bironya.
Sesampai di travelnya, teman saya langsung mencari dia, ternyata di dalam biro travel tidak ada, dicari di luar sekitar travel juga tidak ada.   Ditelpon nadanya sibuk sekali.  Suatu saat, dia kirim sms, yang menyuruh teman saya ngga usah nyari dia.  Makin panik kita.  (ini orang belum pernah ke Kupang, trus keluar sendiri, bagaimana ini, nanti kalau dibawa si kolor ijo gimana, apalagi kolor lungsek..........xixiixi).
Kita cari dia sambil menyusuri jalan, kita lihat kiri dan kanan, teryata banyak pohon cemara.  
Tanya sana tanya sini, hasilnya nihil.
Pada saat teman saya tanya ke orang, saya mencoba telepon dia, dan alhamdulillah nyambung. "Rini, aku pak ahmad, koncone sing jemput sampeyan semalam, sampeyan neng ngendi ? aku khawatir karo sampeyan !", tanyaku.  "kulo kinten sinten, kulo wau wedi, kula enten jalan eltari 2, ngajenge Gedung Keuangan", jawabnya.  "Iyo Rin, ojo nyang ngendi-ngendi, neng kono ae, aku arep mrono.", harapku. "Nggih ",  jawabnya.
Meluncurlah saya ke depan gedung keuangan.  Setelah mobil saya parkir, saya keluar dan mencari dia.  Tengok ke kanan dan tengok ke kiri....  tiba-tiba (mak mbedunduk........) mata saya tertuju pada sosok wanita yang duduk.  Saya menuju dia.  Saya tanya "Apa betul ini mbak Rini ?", "ya", jawabnya.  "Syukurlah mbak, dek mau aku nggoleki sampeyan ngalor-ngidul sampek bingung, piye to mbak critane".  Ceritalah dia sambil sesekali terdengar sesenggukannya. Dia bilang tidak mau kembali ke tempat menginap dia semalam. "wis to mbak, sing sabar, ora po po, engko aku tak ngomong karo koncoku", bujukku.
Dia telpon calon suaminya dengan menangis-nangis suruh jemput saudaranya.  Terus aku tanya, "Sampeyan percoyo karo sing arep njemput sampeyan ?", tanyaku.  "Nggih pak", jawabnya.  Setelah menunggu beberapa lama, datanglah seorang remaja pakai motor.  Ternyata dia yang mau menjemput.  "Titip ya mas", "ya pak", jawabnya.
Legalah saya dan teman saya.  Saya dan teman saya akhirnya pulang.
Jam 21.00 itu saya sampai di rumah, dan mulai mempersiapkan cucian yang menunggu.  Kucek kucek kucek, kucek kucek kucek.  Sampai ditengah pekerjaan membilas yang ke dua. eh telponku berdering.  "Pak......saya takuuuut....aku dikunci didalam kamar, ngga boleh keluar.......pak ke sini", tangisnya. "Sik-sik sik, sampeyan neng ngendi iki", tanyaku.  "Aku di kos yang semalam aku menginap", jawabnya.  Karena itu kos teman saya, saya coba telpon teman saya.  HP nya tidak aktif.  Saya kirim sms yang isinya aku bilang, bahwa itu tidak boleh dilakukan, saya akan ke kosnya dia saat itu juga.
Bergegas, aku tinggal cucianku mak prung terus menstater mobil langsung ke kos temen saya.  Sampai di sana saya lihat si Rini sudah jalan keluar dan dia tidak melihat saya.  Langsung aku putar balik mobil terus kejar dia.  Ketemu......Saya suruh masuk dia.  Sambil nangis dia cerita semua.  
"Mengapa balik ke situ lagi ?", tanyaku.  "Mo mengambil barangku, tetapi terus dikunci didalam, saya takut pak !", rengeknya.
"Gini-gini, ayo nyang kampusku ae, neng kono rame, sampeyan nek pengin nginep neng kampusku ae yo", bujukku.  "Nggih pak", jawabnya.  Terus dia telpon calon suaminya untuk jemput.  Saya juga bilang ke dia, apakah dia yakin dengan yang menjemput.  Dia bilang yakin pak.  Ya sudah.
Tak berapa lama di kampus, datanglah si pemuda penjemput (sama dengan yang tadi jemput di gedung keuangan).  Aku bilang.  "Mas tinggal dimana ?". "Oepura.....", jawabnya.  "Dengan P Alex, ?", tanyaku lagi.  "Betul saya kenal p alex.  ", jawabnya.  Kemudian saya tanya nama dia.  Dia jawab.  
Aku bilang, jangan sampai bermasalah lagi, kalau sampai ada apa-apa, saya akan cari dia, gertakku.
Akhirnya selesainya tugas berat malam itu, dan masih sedikit sisa pekerjaan dirumah yang meminta untuk dilanjutkan (cucian bilasan terakhir).
Setelah selesai, walau belum makan, tidurlah saya dengan pulas.
Syukur pekerjaan lain selasai.

No comments:

Post a Comment