31 October 2018

Perjalanan Tanpa Sinyal

Assalamu'alaikum......Selamat bertemu kembali gaes.....
Kali ini saya akan ceritakan perjalanan kami ke Malaka NTT dalam rangka pengabdian kepada masyarakat gaes. Selanjutnya langsung aja simak gaes.....lets go..

Gambar 1. Rute Kupang - Betun
Siang itu,  cuaca agak panas  (ngibul.....NTT kan biasa panas....xixixi)  kami sudah siap2 mo pigi, btw masih juga saya perlu menunggu temen2 mahasiswa untuk ujian. Saya tunggu di warungnya mamak depan kampus.  "Mak,  beta rasa laper ni,  tapi ond mau makan", seloroh saya ke mak. "Teh hangat saja ko pak? " , tanyak Mak. "Ok deh, biar sedikit terasa hangat ni perut",  jawabku.
Sambil nyeruput teh,  kita ngobrol ngalor ngidul bahas tentang pengabdian ini dg pak jim. Pak jim,  ke Baun kapan ?", tanyaku .  "Kamis, Jum'at dan Sabtu pak", jawabnya.  "Pak Ahmad kapan pulang dr Malaka?, tanyanya. "Maunya sih klo bisa Rabu pulang,  jadi saya bisa ikut pak Jim ke Baun juga", jawabku. "Kalau pak belum sampai,  Jum'at atau Sabtu ju tidak pa2 pak", tambahnya.  "Ok deh,  be harus datang sekalian mo buat MOU deng mereka to", penjelasan ku.
Setelah kita ngobrol,  waktu juga terus berjalan,  saya lihat anak2 yg mau berangkat beberapa sudah siap,  tetapi sebagian belum selesai ujian,  jadi terpaksa saya harus menunggu lagi.  Sekira jam  11,30, saya panggil mereka lewat group FB,  "Yang mau pi Malaka segera merapat", tulisku di wall group. 
Setelah itu,  saya sholat dhuhur dulu,  dan setela selesai,  Jufron datang,  "pak kita su siap", jelas dia. "Ok deh,  kita berangkat", jawabku.  
Langsung saya berangkat ke mobil,  sata bilang ke Heri,  "Saya setir dulu Her,  biar kamu nanti setelah di Niki-niki saja", penjelasanku ke dia. "Siap pak", jawabnya. 
Singkat kata,  kita berangkat. Tetapi mengingat waktu berangkat hampir jam12, maka jelaslah perut kita keroncongan.  Maka saya omong dengan mereka "Makan siang sekarang atau beli jagung rebus di Oeaso dulu ?. Serentak mereka menjawab "Jagung rebus dulu pak !!!!".  Oke deh, saya siap meluncur dan tibalah saatnya sampai di Oesao.

"Mana jagung....mana jagung......", teriakku kepada beberapa nyong yang jualan jagung.  Berlarilah salah seorang mendekati mobil.  "10 ribu dapat berapa ?", tanyaku.  "dapat 5 bapa", jawabnya ..."adiiii.... pung mahal laiiii........10 ribu dapat 7 ya ", tawarku.  "Bapa beli berapa ", "be beli 20 ribu, jang lupa tambah 1 tas ya untuk tempat sampah.

Singkat cerita kita meluncur dengan bekal jagung rebus dan kue cucur yang dibeli oleh Heri.
Gambar 2. Tinggal pilih bunga desanya
Sambil kita makan jagung dalam perjalanan tersebut, kita juga bercerita macam-macam, terutama dengan topik "Bunga Desa"......xixiixixii.  Sepanjang jalan Heri, Jufron, Rius dan Anton sibuk bacarita. Setelah menempuh perjalanan sekira 3 jam, sampailah kita di tengah rute, tepatnya di Rumah Makan Singgalang di Niki-Niki.
Kita berhenti sejanak untuk makan siang setangah sore. Karena sekira jam 15.00.....Kita masing-masing pesan dengan menu sendiri-sendiri, tentunya saya dengan menu istimewa saya "Nasi Sop".  Setelah selesai makan dan membereskan diri kita, perjalanan dilanjutkan
ke Malaka dengan driver Heri. Karena sesuai dengan prediksi saya, bahwa saya akan capek nyetir sendirian, maka sore itu Heri sudah siap untuk melanjutkan injak pedal gas.
Masih sama dengan riangnya kita berlima berkendara dengan cerita-cerita...........
Saya rencanakan lewat Halilulik, akan tetapi driver bilang, "lewat NUROBO saja pak, lebih dekat", jelasnya.  "Kalau itu menurut kamu ok, ayo aja", jawabku. Lewatlah kita di Nurobo itu, jalan baru diaspal dan tidak sampai lama, kita berbelok masuk jalan lebih kecil untuk potong kompas, menuju jalan yang searah dengan Halilulik.
Sampai disitu, hari sudah mulai gelap,sekira pukul 17.30....dan kita lihat sekeliling tidak kelihatan lampu listrik dan rumah-rumah kelihatan gelap (itulah kehidupan asli masyarakat desa).  Terpaksa kita jalan pelan-pelan karena jalan pengerasan dan kadang-kadang banyak menurunnya.  Benar-benar sunyi........ditengah hutan, gunung.  Lintasan tersebut, sama Heri disebut lintasan SION, karena di jalan tersebut ada gereja kecil bernama gereja SION.  Hanya 1 kali kita disalip sama kendaraan.  saking sepinya.

Tibalah dipertigaan jalan di jalur Halilulik, kemudian kita belok kanan menuju Kobalima.  Malam itu tidak kelihatan model jalannya, tetapi saya merasakan bahwa jalannya menurun tajam dan menanjak tajam pula.  Diselingi oleh jalan berlubang sehingga menyulitkan driver untuk bermanuver.  Dengan bersusah payah, sampailah kita di pertigaan Halilulik, Kobalima dan Betun.


Kita turun untuk kontak teman-teman yang sudah di Kobalima untuk menanyakan lokasinya di mana. Ehhh......njilalah....sinyal tidak ada......pastilah kita bingung, tidak tahu mau kemana, akhirnya kita istirahat sejenak, beli minuman dan perlengkapan dapur dan pribadi.  Kita tanyak kepada warga di situ tentang arah sambil bercerita bahwa sinyal tidak ada mulai dari siang.  Ada diantara kita yang pernah mendengar bahwa rumah p Jose itu di depan ATM BRI.  Kita bertanya pada masyarakat, dan mereka sampaikan bahwa BRI ada di Kota Betun, maka meluncurlah kita ke Betun.  Sesampai di sana dan di depan gedung bank BRI, kita keluar melihat.......tidak ada rumah p Jose dan teman2.  Kita kebingungan seakan-akan kita ini jadi orang "gemblung" ngga tahu "lor-kidul".  Semua orang kita tanyai.  Kebetulan ada orang jualan bakso dan saya lihat ini orang jawa, maka saya ajaklah ngomong, "Mas, wis entek ta baksone" (Mas dah habiskah baksonya ?), tanyaku. "Gak onok sinyal mas, aku arep nggoleki oamhe koncoku, tapi gak eruh, gak onok sinyal maneh, aku arep takon sopo iki ?", ndemulku. "BRI Betun ono piro mas ?  (BRI Betun ada berpa mas), tanyaku.  "Yo mung iki pak (ya hanya ini pak), jawabnya.  Tambah puyeng ini kepala, terus sebelah mana rumah P Jose ?????????
Akhirnya kita diskusi, bagaimana kalau kita ke sekolah saja, pasti ada orang dan ada yang jaga, sehingga kita bisa bermalam di sana.  Mereka semua setuju, akhirnya meluncurlah kita ke arah SMK Kobalima.
Sambil berjalan, kita gaet-gaet sinyal, siapa tahu dapat sinyal.....eh.....sambil jalan tersebut ternyata membawa berkah, akhirnya kita dapat sinyal, walaupun hanya merek HP "tertentu", halo-halolah kita........."halo........halooo......, mana rumah p jose ?" tanya Jufron ke seberang lawan bicara.  "Depan ATM BRI.........", katanya.  Terus saya ikut nimbrung, "Jangan pergi dari depan ATM BRI sebelum saya datang", hardikku.  "Ok pak", jawabnya.  Meluncurlah balik kita ke depan ATM BRI Betun..... (balik ke kota).  Ditengah perjalanan pada saat hampir sampai di kota Betun, dipinggir jalan ada temen.....kata Heri, "itu ada Jufri Galas dipinggir jalan", "balik-balik, kita temui dia", jawabku.  Akhirnya kita balik dan ketemua sama dia.  "Mau pi mana ", tanya Jufri, "Ke ATM BRI",  ..........."Bukan ATM BRI Kota tetapi ATB BRI Unit Kobalima", terangnya.........mati suuuuuuuuuu......ketong su balik balik betun kobalima sampai jalan halus ni, ternyata masih salah.....adooooww.....
Ternyata p Jose sedang isi bensin, setelah selesai, "Ikut beta sa, pasti sampai rumah", ajaknya......"ok deh, be percaya ini sampai rumah",  timpalku.
Akhirnya kita mengikuti dibelakang motor p jose sampai di rumah.
Legalah kita akhirnya sampai juga di rumah meskipun sempat berputar-putar ngga jelas.  Akhirnya bisa mandi, ngopi dan terkahir makan.
Cukup sekian ya untuk sementara.