Sore itu, kita pergi menghadiri pengajian peringatan "ISRA' MI'RAJ" nabi Muhammad SAW di masjid Mujahidin Penfui. Dalam keheningan dan kehidmatan pengajian, kurasakan belaian mesra sang bayu, terasa dingin menyusup tulang belulang tua. Tapi hal tersebut tidak menghalangi kami untuk terus menikmati sajian nikmat menu kalbu itu.
Setelah menjelang tengah malam dan pengajian telah usai diputuskan untuk pulang dan mencari makan. Kususuri semua sudut kota Kupang untuk mencari pengganjal perut. Ke ujung sana, ke ujung sini, semua dah mulai tutup dan akan pulang, jadilah malam itu kami pulang dengan perut "
ndangdutan" dan merencanakan liburan esok pagi. Kuputuskan melanjutkan sisa perjalanan yang tertunda beberapa bulan yang lalu.
Dengan mantab kusetujui untuk pergi ke Sulamu, yaitu kota nelayang kecil di ujung pulau seberang Kupang.
Pagi-pagi setelah menyanyikan lagunya
Mbah Surip "Bagun Tidur"
Bangun tidur, tidur lagi
Bangun Lagi, tidur lagi
Bangun, tidur lagi
Aku sms temenku untuk mengajak seseorang yang perlu diajak (teringat malam itu, waktu ia mohon klo pergi ia akan ikut). Jadilah dia sms-an, dan akhirnya disepakati kita pergi bertiga. (mengingat efisiensi dan efektifitas aja).
Jam 8 pagi aku selesai cuci tangan, cuci mulut, cuci kepala, cuci mobil, cuci badan dan cuciiiiiiiiiiiiiiiiiiiii......................apa lagi.
Berangkat dengan semangat 45 "Merdeka" dengan menyandang bambu runcing dan sebotol air putih, he he he ......mo berjuag atau mau bikin sate...................
Jam 9 kita jemput seorang temen yang disms sama temenku. Basa-basi minta ijin ke orang tua dia dan Goooooo pergilah kita. Pelan-pelan tapi pasti aku injak pedal gasku, menyusuri jalan mulus menuju tujuan dengan bernyanyi-nyanyi kecil diiringi oleh radio Suara Timor. Satu jam tidak terasa sudah memasuki kawasan Parity dan jalan masih terasa mulus, sehingga wajah kamipun masih berbinar terang menikmati pemandangan sekitar sepanjang perjalanan.
Sampailah pada suatu pertigaan, dimana satu jalan mulus beraspal dan satu jalan tidak beraspal (beraspal tapi mengelupas tinggal batunya). Kuyakin karena Sulamu adalah kota satu-satunya diujung pulau, maka kutarik kesimpulan bahwa jalan muluslah yang aku ambil, belok kananlah yang kulalui. Beberapa saat baru aku rasakan jalanan mulai tidak mulus, banyak disana-sini jalan dengan aspal mengelupas dan batu-batu bertebaran di jalanan. Jalan mulai naik turun, jadi bisa dibayangkan bahwa jalan pasti licin. Dipertengahan jalan berliku dan kurang bersahabat tersebut kita juga menemukan jalan yang sedang diperlebar dan diperbaiki serius sampai dengan beberapa kilometer.
Perjalanan tetap kami lanjutkan sampai dengan kami menemukan sebuah sungai dan kami pastikan untuk menyeberanginya. Sambil dengan bercanda kami teruskan perjalanan dengan menggunakan gigi 1 atau gigi 2 saja mengingat lumayan sulit jalan untuk dilalui. Sampailah kita pada sebuah sungai lagi, dan kami agak ragu apakah kami akan menyeberangi atau tidak, mengingat setelah terlihat diujung sungai jalannya sempit dan sepertinya susah dilalui. Kemudian kita bertanya di to'o "Bapak mau tanya, apakah ke Sulamu jalan harus menyeberangi sungai ini dan lewat jalan itu", tanyaku. ""Wah, tadi pak di pertigaan hutan bambu ada pertigaan, bapak mestinya belok kiri". jawabnya. Hwaduh..........salah jalan dong, pikir kita.
Saya agak kesal karena musti harus balik kira-kira 16 KM dengan kondisi jalan yang kurang baik. Dengan agak bersungut dan salah satu temen sudah agak loyo dengan kepalanya, kita memang harus kembali.
Sesampai di pertigaan, yang ditentukan, terbayang dibenakku, bahwa nanti jalannya pasti tidak akan bagus. Ternyata benar, sepanjang perjalanan jalan naik-turun dan disana-sini batu terkelupas dari badan jalan. Belum lagi banyak lubang-lubang yang tidak nikmat. Seperti yang aku bayangkan, pasti hanya gigi 1 atau 2 yang aku pakai, mengingat kondisi jalan tersebut.
Dengan penuh perjuangan 45, kita susuri jalan tersebut. Kadang-kadang terlihat pemandangan yang cukup indah seperti screen saver dan wallpapernya windows xp, juga terlihat pantai yang indah, dan pemandangan kota kupang dari jalan tersebut. Bahkan ada tempat-tempat yang menurut kami cocok untuk berkemah dengan view laut nan indah. (menghibur diri....). Sampailah kita pada suatu tempat pertigaan, dimana yang kekanan dan ke kiri dimana yang ke keiri terdapat gerbang yang tertutup. Kamipun berdebat jalan mana yang harus dilalui. Tetapi sebelum mengambil keputusan yang salah, maka kami putuskan untuk bertanya saja. Dan jawabannya adalah harus melewati jalan yang berpintu gerbang tersebut. Sapanjang perjalanan kami dah membayangkan, bila sampai disana kita akan pergi kewarung untuk makan dan minum.
Tepat pukul 13.30 WITA, kami sampailah disebuah kota yang jauh dari bayangan kami. Kota yang sangat jarang kami temui mobil, dan pastinya jalannya jarang dilalui oleh mobil.
Kami coba mencari masjid untuk sholat dhuhur lebih dahulu dan sekedar istirahat. Setelah sholat kami tanya ke penduduk sekitar apakah ada warung nasi yang masih berjualan. Terkejutlah kami bahwa disitu tidak ada warung nasi (ada satu mbak jawa dari kupang yang jualan, cuma saat itu tidak jualan). Matilah aku, karena pagi nggak sarapan dan sepanjang perjalana hanya makan pisang, kue cucur, perut ayam dan air putih. Untunglah temen saya punya temen dan untungnya setelah bertanya kepada penduduk setempat, maka meluncurlah kita ke rumah dia. Berbasa-basi dikit dengan minuman ringan dingin legalah pikiran. Tapi ngomong-ngomong bagaimana nih dengan perut ? Temen baru ini panggil temenku ke dalam. Dan beberapa saat kami dipersilakan untuk makan. wahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...........rejekiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii........bernyangilah perut kesayanganku dengan lagu kelegaan.......xixixiixixiixiixixiiiiiii.
Dengan menu sop ikan dan ikan bumbu rendang, ku lahap sesuap demi sesuap sampai dengan tandas tak tersisa di piringku. Sebenarnya dipersilahkan untuk tambah, tapi karena tahu diri, maka aku putuskan untuk tidak menambah nasi. Setelah mengistirahatkan perut sebentar, kami pergi ke laut untuk melihat pemandangan. Sungguh pemandangan yang indah laut Sulamu. Setelah agak sore dan puas bermain di dermaga, kami pulang yang sebelumnya kami sempatkan mau mencari (membeli) kerang untuk oleh-oleh. Kami pergi ke ujung pantai yang lain. Kami turun ke laut yang sedang surut. Kami pikir ada orang yang mencari kerang, eh ......ternyata tidak ada, yang ada hanya bintang-bintang laut yang bertebaran sepanjang pantai tersebut. Jadilah temenku mengambil bintang-bintang laut tersebut untuk dibawa pulang.
Setelah yakin tidak ada yang mendapat kerang, maka kami putuskan pulang. Jadilah kami pulang dengan perasaan was-was akan melewati jalan yang kurang bersahabat. Sepanjang jalan lebih kurang 16 KM dengan jalan berlubang dan berliku dan berayun-ayun dan sudah menjelang malam, sampailah kita di jalan mulus. Rasanya ingin kuinjak pedal gas dalam-dalam untuk melepaskan kepenatan di kaki.
Tapi karena malam dan kelemahankmu kalau malam susah melihat jadinya ya pelan2. Rasanya lama sekali perjalanan ini sampai dirumah.
Jam 20.00 WITA sampailah kita di rumah dengan selamat dan sentosa. Legalah rasanya perjalanan yang melelahkan tidak seperti yang aku bayangkan.
Sekian dulu, cerita singkat ini, lain kali pasti aku akan upload lagi.
Alhamdulillah dan terima kasih.